August 29, 2010

AWAS, SKEMA PONZI BERKEDOK BISNIS DI INTERNET !

Bagi yang jeli melihat peluang, internet sebenarnya adalah ladang yang bisa menghasilkan banyak uang. Berbagai model bisnis bermunculan setiap hari di dunia maya, yang dengan begitu kesempatan untuk mendapatkan ‘harta karun’ juga semakin banyak.

Yang lebih fenomenal, banyak individu dan perusahaan kecil yang sebelumnya ‘bukan siapa-siapa’ mampu menghasilkan keuntungan melebihi yang bisa diperoleh perusahaan-perusahaan besar kelas dunia yang dibangun dengan modal jutaan dolar.

Terlepas dari adanya kenyataan bahwa ada banyak bisnis online yang gagal bertahan, perkembangan dunia maya yang sedemikian pesat tersebut masih memunculkan anggapan bahwa internet adalah salah satu media murah dan mudah yang bisa menciptakan mesin uang bagi mereka yang jeli melihat peluang.

Salah satu yang mendorong suburnya bisnis melalui internet adalah murahnya modal yang diperlukan untuk memiliki sebuah domain. Saat ini, siapa pun bisa memiliki toko online dengan sebuah domain dot com yang berharga tidak lebih dari seratus ribu rupiah plus hosting di bawah lima ribu rupiah. Bandingkan dengan modal yang harus dikeluarkan untuk mendirikan toko di pinggir jalan atau bahkan gerobak dorong sekalipun, tentu modal yang diperlukan lebih dari setengah juta rupiah.

Dan hebatnya, bisnis atau pekerjaan melalui internet bisa dilakukan tanpa harus memiliki kantor dan pegawai. Ini artinya, biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sebesar bisnis konvensional lain. Cukup dengan komputer atau pda yang connect dengan internet, aktivitas bisnis sudah bisa dilakukan.

Soal pembayaran, internet juga sudah menyediakan semua yang dibutuhkan. Selain menggunakan internet banking dan kartu kredit, transaksi online juga dimudahkan dengan semakin banyaknya payment gateway semacam Moneybookers, Kagi dan PayPal yang memberikan keleluasaan bagi penggunanya untuk bertransaksi secara online.

Beberapa kemudahan inilah yang kemudian membuat setiap orang dengan begitu gampang membuat sebuah domain dan menawarkan produk atau jasa di dunia maya. Jika sering menjelajah internet, kita bisa menjumpai banyak sekali model-model bisnis yang bertebaran di dunia maya. Bermodal situs atau bahkan blog gratisan, siapa pun bisa menawarkan produk atau jasa kepada mereka yang tertarik.

Namun sayang, tidak semua pengguna internet adalah keturunan Adam yang baik. Orang-orang ini memanfaatkan media internet yang mudah dan murah untuk membangun bisnis bagi sebagian orang yang ingin mendapatkan uang berlimpah dengan cara mudah.

Dengan sebuah domain yang bisa dibeli dengan mudah dan murah, mereka menawarkan produk atau jasa yang jika ditelisik lebih jauh, sistem yang diciptakan setali tiga uang dengan penipuan. Yang berbeda hanyalah media yang digunakan yaitu menggunakan internet.

Dan ternyata, model investasi bodong ala Ponzi seperti yang pernah dilakukan QSAR, Probes atau Madoff banyak bertebaran di internet. Bahkan, banyak sekali yang berasal dari Indonesia.

Apa dan bagaimana mencium kehadiran Ponzi ?

Model Bisnis Tipu-Tipu
Secara umum, penipuan berkedok investasi dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu skema Ponzi, skema Piramida dan inventory loading. Masing-masing memiliki perbedaan, namun punya satu persamaan yaitu ujung-ujungnya nipu doank.

Dalam skema Ponzi, investor dijanjikan akan mendapatkan penghasilan dengan cara cepat dan berlipat (quick and rich scheme) dari sejumlah uang yang diinvestasikan. Padahal, imbal hasil dalam jumlah besar yang diterima oleh seorang investor tersebut sebenarnya berasal dari uang yang disetorkan oleh investor lain.

Sang bandar (schemer) dalam skema ini sekaligus juga si pemain. Ia sendiri yang akan menjadi ‘manajer investasi’ dengan mencari dan ‘mengelola’ duit para investor. Investor hanya perlu setor duit lalu duduk diam sembari menunggu masa ‘panen’ datang…

Model Ponzi di internet bisa dilihat dari penawaran yang sangat menggiurkan dari sejumlah uang yang diinvestasikan tanpa penjelasan yang lebih gamblang bagaimana hal tersebut bisa dilakukan. Yang perlu dilakukan investor hanyalah investasi, lagi dan lagi.

Berkedok perusahaan investasi, ada sebuah situs di internet yang menjanjikan investornya penghasilan sekian puluh persen melebihi tingkat suku bunga bank dengan melakukan transaksi valuta asing. Dengan tampilan situs yang meyakinkan disertai beberapa bukti profit yang diperoleh dari aktivitas trading, dana yang terkumpul dari para investor akan dikelola di pasar uang melalui jual beli valuta asing. Dalam kurun waktu tertentu, dana investasi akan berbiak sekian puluh kali. Bahkan, semakin besar jumlah yang diinvestasikan, semakin besar pula prosentase keuntungan yang dijanjikan.

Menggelikan, karena trading di pasar valas bukanlah jenis investasi yang bisa memberikan keuntungan pasti.

Skema piramida nyaris senada dengan skema Ponzi. Imbal hasil yang diterima oleh seorang investor sebenarnya juga berasal dari uang yang disetorkan oleh investor lain. Hanya saja, dalam skema Piramida investor juga harus menjadi pemain yang aktif mencari investor lain. Jika tidak bisa mencari investor lain, ia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Hirarki bertingkat berbentuk piramida akan terbentuk dari jaringan para investor yang menjadi anggotanya dimana duit dari investor baru akan digunakan sebagian atau bahkan seluruhnya untuk investor di atasnya. Dalam skema ini jelas sekali investor yang bergabung di awal akan mendapatkan keuntungan yang tentu lebih besar dibandingkan dengan investor yang masuk belakangan. Ini berbeda dengan multi level marketing (MLM) yang sesungguhnya, dimana member yang masuk belakangan namun lebih aktif sangat mungkin mendapatkan penghasilan melebihi upline-nya.

Di internet, skema piramida tampil dalam wajah yang sedikit berbeda dengan Ponzi. Pada umumnya, bentuk samaran yang digunakan adalah model arisan berjenjang secara online. Metode yang dipakai sama dengan brosur arisan berantai yang banyak ditemukan di anjungan tunai mandiri dimana investor baru harus menyerahkan sejumlah uang ke investor di level atasnya.

Untuk memberi kesan sebuah skema investasi tidaklah murni Ponzi atau piramida, kedua model ini disamarkan dengan menyertakan produk atau jasa yang disebut dengan inventory loading. Ciri-cirinya, nilai produk atau jasa yang diberikan tidak sebanding dengan uang yang harus dibayarkan karena hanya berfungsi sebagai kamuflase. Modusnya sama, menggunakan uang dari investor baru untuk diberikan kepada investor lain yang sudah bergabung sebelumnya.

Model ketiga atau inventory loading inilah yang sekarang banyak dijumpai di dunia maya. Bagi orang awam, model ini terkadang memang sulit dibedakan dengan yang investasi yang legal dan benar karena ada produk atau jasa lain yang diberikan sehingga menjadi seolah-oleh pemasaran berjenjang.

Produk yang ditawarkan tidak hanya berupa barang seperti koin emas atau berlian, namun juga berupa jasa pelatihan atau konsultasi yang nilai sebenarnya jauh lebih kecil dari investasi yang harus dikeluarkan.

Menandai Aksi Ponzi
Di internet, ketiga model bisnis ini tampil dalam wajah yang berbeda-beda. Kendati demikian, aksi tipu-tipu semacam ini sebenarnya bisa dideteksi semenjak awal dengan menggunakan salah satu atau beberapa ciri berikut.

• Menawarkan imbal hasil yang sangat tinggi atau tidak wajar (unrealistic returns).
Salah satu tolok ukur yang bisa digunakan untuk melihat adalah tingkat suku bunga berpendapatan tetap seperti deposito atau tabungan. Jika mereka menjanjikan keuntungan berlipat ketimbang tingkat suku bunga yang berlaku, perlu ditanyakan bagaimana cara mereka memperolehnya.
Jika memang imbal hasil yang bisa diperoleh bisa melebihi tingkat suku bunga yang berlaku, mengapa mereka tidak meminjam saja uang di bank untuk kemudian diinvestasikan ? Mengapa harus bersusah-payah mencari dana dari investor ?
• Mengandalkan pemasukan dari investor baru.
Lazimnya, pendanaan suatu bisnis bisa berasal dari beberapa sumber. Maka, patut ditanyakan bisnis yang akan survive jika hanya mengandalkan pemasukan dari para member. Member yang lebih awal bergabung juga akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan lebih awal dibandingkan dengan member yang bergabung berikutnya.
• Nilai produk atau jasa ysng diperoleh tidak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.

Selain dengan melihat ciri-ciri Ponzi, hal lain yang perlu dilihat adalah alamat perusahaan. Cek di whois.net untuk melihat siapa pemilik domain ini. Jika yang tercatat di whois.net tidak sama dengan yang tertulis di halaman kontak website tersebut, patut dicurigai mengapa berbeda. Jika pun sama, hal ini juga belum menjamin bahwa bisnis tersebut benar adanya karena setiap orang bisa membeli domain semacam dot com tanpa harus mencantumkan alamat aslinya.

Selamat berinvestasi !